Hobi Anggrek

SEKILAS TENTANG " ECO-GREEN "

Oleh; Dedi Suhendi *

Perubahan iklim global merupakan isu menarik dalam beberapa tahun belakangan ini.

Hingga beberapa bidang menerapkan prinsip “ eco-green “, banyak praktisi mendefinisikan eco- green sebagai back to nature/ kembali ke alam, meminimalisir penggunaan bahan kimia, memanfaatkan bahan yang ada, daur ulang/ recycle, atau sering juga disebut konsep ramah lingkungan, dsb.

Sebagai penyuka anggrek, kita pun sebaiknya mendukung gerakan eco-green ini. Misalnya saja mengurangi atau menghindari penggunaan pestisida & pupuk sintetis. Atau membuat beberapa inovasi, berkreasi, dsb.

Untuk mendukung gerakan eco-green bisa juga dilakukan dengan cara membuat media tanam alternatif atau membuat pot memanfaatkan limbah yang sukar didaur ulang, seperti dari limbah botol oli misalnya. Selain menambah wawasan, mencari “alternatif” ini akan menjadi pengalaman yang sangat mengasyikan.

Seperti yang dilakukan sepasang penyuka anggrek di Swedia, Linda Karlbom dan suaminya, Mikael

Karlbom. Linda & Mikael tidak menggunakan media tanam arang, pakis atau pecahan genteng seperti pehobi anggrek di tanah air tapi mereka membuat media tanam yang disebut Epiweb, yakni berupa pakis buatan yang terdiri dari 70% plastik daur ulang ( Majalah Orchids Indonesia edisi 16, Februari-Maret 2011).

Alasan mereka, bahan tersebut tidak mudah terurai dan dapat mempertahankan kelembaban serta terbebas dari zat-zat yang membahayakan akar. Efeknya tentu saja awet hingga tidak perlu mengganti media secara berkala, ini menguntungkan karena akan mengurangi biaya penggantian media tanam. Media epiweb bisa dipastikan sangat tahan lama. Kalau pun nantinya terserang hama dan penyakit yang menyerang anggrek, media tersebut bisa dibersihkan kemudian dipakai ulang/ reuse. *

* Dedi Suhendi
  penyuka anggrek, tinggal di Bandung